Selasa, 03 Desember 2024

CCTV Rekam Aksi Polisi Tembak Siswa SMK: Fakta di Balik Tragedi Semarang

CCTV Rekam Aksi Polisi Tembak Siswa SMK: Fakta di Balik Tragedi Semarang

Sebuah insiden tragis terjadi di Semarang yang menghebohkan publik dan menuai kritik terhadap aparat kepolisian. Rekaman CCTV yang viral di media sosial mengungkapkan aksi brutal seorang anggota polisi, Aipda RZ, yang menembak tiga siswa SMK dari jarak dekat, dengan satu di antaranya, berinisial GRO, meninggal dunia. Kejadian ini terjadi pada Minggu, 24 November 2024, dan menyisakan banyak tanda tanya di kalangan masyarakat.

Dalam rekaman berdurasi 41 detik tersebut, tampak Aipda RZ sedang duduk di atas motornya, menunggu di pinggir jalan. Tak lama kemudian, dia memindahkan motornya ke tengah jalan dan mengacungkan senjata api ke arah motor yang melintas. Meskipun terdapat tiga motor yang melintas saat itu, tidak ada tanda-tanda tawuran pemuda seperti yang sebelumnya diungkapkan oleh pihak Polrestabes Semarang.

Dengan cepat, polisi tersebut melepaskan tembakan ke arah dua motor yang melintas. Detik-detik menegangkan itu diakhiri saat Aipda RZ kembali menunggangi motor dan mengikuti arah motor para korban. Video ini menambah kesedihan dan kemarahan publik, terutama karena korban yang meninggal adalah seorang siswa yang dikenal aktif dan berprestasi di SMK Negeri 4 Semarang.

Menurut keterangan pihak kepolisian, mereka mengklaim bahwa mereka terpaksa menembak karena menganggap situasi saat itu adalah aksi tawuran antar-gangster. Namun, tidak adanya bukti visual yang menunjukkan adanya tawuran di lokasi tersebut memunculkan keraguan di kalangan masyarakat dan memicu protes dari berbagai pihak.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Uswatun Hasanah, menekankan bahwa GRO adalah siswa yang aktif dan terlibat dalam berbagai kegiatan di sekolahnya. Kepergiannya telah meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan teman-temannya, yang tidak menyangka tragedi ini akan menimpa mereka.

Tragedi ini menimbulkan pertanyaan mendalam mengenai tindakan kepolisian, keamanan, dan perlindungan terhadap warga sipil, terutama anak-anak muda. Banyak yang menyerukan perlunya evaluasi mendalam terhadap protokol penggunaan senjata api oleh aparat penegak hukum agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Keluarga GRO telah melakukan pemakaman yang sederhana di Sragen, namun rasa kehilangan mereka akan terus membekas. Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya dialog dan penyelesaian konflik tanpa kekerasan, serta perlunya pelatihan yang lebih baik bagi aparat keamanan dalam menghadapi situasi genting.

Dunia maya pun bergema dengan tagar keadilan bagi GRO, mendesak pihak berwenang untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah mengambil nyawa seorang siswa tak bersalah. Ini bukan hanya mengenai satu nyawa, tetapi juga mengenai penegakan hukum, keadilan, dan perlindungan hak asasi manusia di negeri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar